NKRI Harga Mati Siapa Pencetus Pertama Kali? Ini Dia Tokohnya

- Rabu, 1 Februari 2023 | 20:04 WIB
Pendiri Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti di Klaten almarhum KH Moeslim Rifa'i Imampuro, atau akrab disapa Mbah Liem. (NU Online Jatim )
Pendiri Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti di Klaten almarhum KH Moeslim Rifa'i Imampuro, atau akrab disapa Mbah Liem. (NU Online Jatim )

HARIANMEMOKEPRI.COM -- NKRI harga mati seringkali kita baca, dengarkan, maupun ucapkan. Namun pernahkah anda bertanya tanya siapakah sosok yang pertama kali mengucapkan dan terus mengkampanyekan NKRI harga mati sehingga menjadi slogan umum seperti sekarang?

Kita barangkali tidak mengira bahwa pencetus NKRI harga mati adalah seorang ulama. Pendiri Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti di Klaten, almarhum KH Moeslim Rifa'i Imampuro, atau akrab disapa Mbah Liem. Dalam berbagai kesempatan di kegiatan pondok, pertemuan kiai maupun acara acara umum, Mbah Liem meneriakkan NKRI harga mati.

Menurut penuturan putranya, Saifudin Zuhri, slogan. NKRI harga mati itu mulai didengungkan oleh ayahnya sejak sekitar tahun 1990-an.

Baca Juga: Apa Saja Manfaat Sarapan Bagi Tubuh Pada Waktu Pagi Simak Penjelasannya

"Pastinya saat itu beliau sudah sepuh (tua). Paling tidak itu saat berdirinya pesantren ini, sekitar 1994-1995," ungkap Gus Zuhri, sapaannya, saat ditemui di kediamannya, Sumberejo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, 

Seiring berjalannya waktu, kata Zuhri, Mbah Liem melengkapi slogannya menjadi NKRI PAMD harga mati. PAMD adalah singkatan dari Pancasila Aman Makmur Damai.

"Mbah Liem pernah menulis, Dari manapun kebangsaannya, yang ingin mengganti dasar negara Pancasila, saya dhoif muslim (Mbah Liem) wajib mengingatkan, mengingatkan.Disebut dua kali artinya penekanan, tidak ada yang boleh mengganti Pancasila," pria yang menjabat Ketua Yayasan Al-Muttaqien Pancasila Sakti itu.

Baca Juga: Judi Online Jaringan Internasional di Ringkus Polisi Pada Lokasi Berbeda

Mbah Liem adalah seorang ulama kharismatik dari kalangan Nahdlatul Ulama. Dia adalah keturunan Kiai Imampuro, ulama ternama dari Keraton Surakarta. Dekat dengan kalangan petinggi negara hingga petani-petani miskin di pedesaan.

Selalu pernampilan bersahaja, bahkan jarang diketahui dia mengenakan atribut seperti yang biasa dipakai oleh ulama. Mbah Liem dikenal sangat akrab dan selalu mendampingi dan menjadi salah satu satu pembela utama Gus Dur, sejak muda hingga wafatnya.

Rasa nasionalisme yang tinggi merupakan caranya menjaga warisan para pendiri bangsa, termasuk ulama, yang memerdekakan Indonesia. Pancasila menurutnya sudah final. Dasar negara selain Pancasila ia pastikan tidak dapat digunakan di Indonesia. Dengan Pancasila, Islam yang rahmatan lil alamin justru benar-benar bisa diterapkan.

Baca Juga: Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah Miliki 2613 Koleksi Benda Bersejarah

Di Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, para santri MTs dan MA wajib mengikuti upacara bendera. Dalam berbagai acara, pesantren juga tak pernah lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya.

"Kadang sebelum ngaji santri diminta menghafal Pancasila dan UUD 45. Sebelum salat pun kita selalu membaca doa untuk keselamatan NKRI dan kesejahteraan bangsa. Doanya anak-anak pasti hafal semua itu. Kalau ada kiai enggak setuju dengan itu ya artinya kiai liar," ungkap dia.

Halaman:

Editor: Indra Priyadi

Sumber: NU Online Jatim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X