Teknologi Pengolahan Pupuk Organik Insitu, Peluang Pendapatan Baru Petani Bukit Langkap Lingga

- Rabu, 24 Juni 2020 | 13:12 WIB
Teknologi Pengolahan Pupuk Organik Insitu, Peluang Pendapatan Baru Petani Bukit Langkap Lingga 2
Teknologi Pengolahan Pupuk Organik Insitu, Peluang Pendapatan Baru Petani Bukit Langkap Lingga 2

Harian Memo Kepri | Pertanian -- Kabupaten Lingga merupakan salah satu kabupaten di Kepri. Dahulu merupakan pusat kerajaan Melayu yang berpusat di Daik sebagai Negara Kesultanan Johor-pahang-Riau-Lingga.

Wilayah sebagian besar berupa perbukitan, terdapat 73.947 ha berbukit, dan 11.015 ha daratannya (BPN, 2019). Berdasarkan fisiografi, Lingga kelerengan > 15% sebanyak 76,92% sedangkan dibawah 15% hanya 23,08%. Jenis tanah dominan PMK, Litosol dan Organosol, dengan struktur remah sampai gumpal dan liat teguh pada lapisan bawahnya (BPTP Kepri, 2020 unpublished).

Batuan induk granit, pluton asam, sehingga pH tanah dominan rendah (4,50-5,50). Berdasarkan data BPTP Kepri (2020), kandungan N, P, K tersedia rendah, bahan organik sangat rendah. Permasalahan bahan organik yang rendah sebagai faktor kunci untuk melakukan perbaikan tanah sifat fisik dan kimia di Lingga.

Terkait dengan hal ini maka teknologi tepat guna pengolahan pupuk organik sebagai salah satu jawaban untuk memperbaiki lahannya.

-
Teknologi Pengolahan Pupuk Organik Insitu, Peluang Pendapatan Baru Petani Bukit Langkap Lingga

Limbah kotoran sapi yang sebelumnya kurang dimanfaatkan oleh peternak sapi di desa Bukit Langkap Kec. Lingga karena belum tahu teknologi pembuatannya, kini menjadi emas bagi peternak-petani dalam kelompok “Sumber Urip” dan bernilai ekonomis tinggi.

Petani merangkap Peternak tiap bulan dapat memproduksi kurang lebih 5 ton pupuk organik. Pupuk dalam kemasan 50 kg itu dijual Rp 100.000 atau Rp 2.000/kg sehingga total penghasilan tiap bulannya sekitar Rp 10.000.000,-. Untuk pemasarannya porsi 25,00 ton dipasarkan kepada perusahaan/umum yang membutuhkan. Sedangkan 5,00 ton untuk kebutuhan masyarakat petani setempat.

-
Teknologi Pengolahan Pupuk Organik Insitu, Peluang Pendapatan Baru Petani Bukit Langkap Lingga 3

Berkat usaha dan kerja keras peternak desa Bukit Langkap dalam berbisnis pupuk kompos, kondisi ekonominya pun semakin membaik. Kotoran sapi yang dulunya menumpuk dan tak berfaedah pun bisa diubah menjadi produk bernilai. "Per bulan penghasilan bersih, per orang kurang lebih Rp 1 juta dari kompos," ujar Marwanto PPL Desa Bukit langkap (22/06/2020).

Kepala Desa Bukit Langkap, Sudarmin menceritakan tahun 2019 Bank Indonesia (BI) turut memberi bantuan berupa kandang sapi dan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) senilai lebih kurang Rp 200 juta dan membiayai pelatihan.

BPTP Kepri juga membantu berupa pendampingan teknologinya diantaranya teknologi budidaya padi dan teknologi pengolahan limbah kotoran sapi. “Kedepan Bumdes juga berkeinginan untuk membranding produk yang sudah dihasilkan ini, untuk itu perlu disertai dengan uji lab mengenai kandungan unsur haranya.

-
Teknologi Pengolahan Pupuk Organik Insitu, Peluang Pendapatan Baru Petani Bukit Langkap Lingga 4

Kepala BPTP Kepri, Dr. Ir. Sugeng Widodo, MP., mengatakan BPTP Kepri akan terus memberikan pendampingan teknologi kepada petani dan peternak yang ada Di Desa Bukit Langkap. Pendampingan teknologi dari BPTP Kepri yang sudah diterapkan budidaya padi, dan pengolahan limbah kotoran sapi.

Kedepan akan dilajutkan pendampingan uji laboratorium pupuk kompos sesuai dengan harapan pak Kepala Desa Bukit langkap. Potensi usaha tani dan ternak dapat dikembangkan sebagai peluang usaha bagi masyarakat. Sehingga kedepan usaha tani dan ternak ini harus diintegrasikan menjadi sumber teknologi bioindustri.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan pangan Lingga, Siswadi, A.K.S. mengatakan Kelompok ternak Sumber Urip yang ada di Desa Bukit Langkap adalah kelompok ternak paling maju yang ada di Kabupaten Lingga.

“Mulai tahun 2020 peternak sudah tidak mengharapkan bantuan dari Pemkab Lingga karena sudah bisa mandiri dari hasil pengolahan pupuk kompos. Untuk itu, beberapa kelompok ternak lainnya yang ada di Lingga agar bisa lebih baik, maju dan mandiri silakan belajar dan sharing dengan Kelompok Sumber Urip,” kata Siswadi.

Pastinya usaha ini mampu menghidupi karyawan yang jumlahnya sekitar 15 Orang. Kreativitas kelompok ternak yang diketuai Sariya itu, dalam memproduksi pupuk kandang, selain memanfaatkan limbah ternak anggota kelompok, juga membeli kotoran sapi dari sejumlah kelompok ternak lainnya.

Pupuk ramah lingkungan itu pun pemasarannya kini menjangkau sejumlah wilayah di Kabupaten Lingga yang di gawangi oleh anggota BUMdes Damar Desa Bukit Langkap.

Berikut ini proses teknis pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk kompos dengan teknologi secara sederhana :

  1. Siapkan bahan yang dibutuhkan yaitu kotoran sapi, jerami padi (cacah), EM4, dan terpal atau bahan lain untuk penutup.

  2. Perbandingan antara kotoran sapi dengan jerami padi, 70 : 30 (70 kg kotoran sapid an 30 kg jerami padi)

  3. Menggunakan EM4 terlebih dahulu dengan larutan gula (3-4 sendok gula untuk 1,5 liter air) lalu ditambahkan 2-3 sendok EM4, kocok dan dibiarkan semalaman.

  4. Pencampuran kotoran sapi dengan jerami cacah dan diaduk sampai merata, kemudian hamparkan campuran tersebut dan disirami secara perlahan dengan larutan EM4.

  5. Setelah itu, ditutup campuran bahan tersebut dengan terpal dan diberi beban di sekitar terpal agar tidak mudah terbuka.

  6. Proses pengomposan membutuhkan waktu sekitar 26-30 hari yang ditandai dengan suhu panas di permukaan bakal kompos. Setiap 3-4 hari dilakukan pengadukan membantu proses aerasi

  7. Kompos jadi bila suhu sudah stabil (tidak tinggi)

  8. Pupuk organik padat dari kotoran sapi siap untuk digunakan dan didistribusikan


Penulis | Lutfi Humaidi dan Sugeng Widodo

Editor: Redaksi

Tags

Terkini

X