Misteri

Kisah Urban Lagend Jelangkung Masih Jadi Pemaianan Favorit, Cek Asal Usulnya

32
×

Kisah Urban Lagend Jelangkung Masih Jadi Pemaianan Favorit, Cek Asal Usulnya

Sebarkan artikel ini
jepretan layar pembahasan asal usul Jelangkung

HARIANMEMOKEPRI.COM — Jelangkung adalah sebuah permainan tradisional Nusantara yang bersifat ritual supernatural. Permainan ini bersifat supernatural, umumnya dilakukan sebagai ritual untuk memanggil entitas supernatural. 

Media yang digunakan untuk menampung makhluk halus atau maujud supernatural yang dipanggil dalam permainan Jelangkung adalah sebuah gayung air yang umumnya terbuat dari tempurung kelapa yang didandani pakaian dan bergagang batang kayu.

Asal penggunaan istilah Jelangkung diduga berhubungan dengan sebuah Kepercayaan tradisional Tionghoa yang telah punah. Ritual ini adalah tentang adanya kekuatan dewa “Poyang” dan “Moyang” yaitu Cay Lan Gong (“Dewa Keranjang”) dan Cay Lan Tse yang dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak.

 Baca Juga: 3 Tempat Angker di Indonesia yang Sering Makan Korban Meninggal, Cek Faktanya

Dalam ritual Cay Lan Gong, dewa “Poyang” dan “Moyang” dipanggil agar masuk ke sebuah boneka keranjang yang tangannya dapat digerakkan.

Pada ujung tangan boneka diikatkan sebuah alat tulis, biasanya kapur. Boneka juga dihiasi dengan pakaian manusia, dikalungi kunci dan dihadapkan ke sebuah papan tulis, sembari menyalakan dupa.

Ritual Cay Lan Gong sendiri telah punah di Tiongkok, namun diduga ritual dan namanya kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi Jelangkung dan masih hidup karena hubungan negeri Tiongkok dan Nusantara yang telah berlangsung ribuan tahun. 

Baca Juga: Pesugihan Warung Buk Leli di Jawa Timur Makan Korban Karyawan yang Masih Perawan, Cek Faktanya

Permainan Jelangkung berkembang menjadi berbagai versi di daerah Indonesia yakni :

1. Versi Jawa

Permainan Jelangkung dikenal dengan sebutan “nini thowong” atau Permainan ini tidak hanya dikenal sebagai permainan tradisional anak-anak, tetapi juga dilakukan sebagai usaha menjaga keselamatan desa dan menolak bala. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *