HARIANMEMOKEPRI.COM -- Lampu Petromax terlihat menarik di zamannya, dengan Bohlamp Kaos yang khas, kini sudah jarang digunakan oleh warga Lingga.
Sebelum kehadiran pembangkit listrik tenaga Diesel (PLN) di Lingga, Lampu Petromax atau mentol (Bahasa daerah Perkampungan di Lingga-Red.), dahulunya menjadi salah satu alternatif penerangan rumah Warga Lingga saat terjadi kerusakan pada mesin domping yang dipakai secara bersama.
Selain difungsikan sebagai penerangan di rumah Warga Lingga, lampu Petromax juga digunakan para nelayan saat melaut pada malam hari. Seperti saat menangkap cumi (Comek-Menyomek), atau digunakan di Kelong ikan.
Baca Juga: Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Ikuti Aksi Aremania, Dukung Arema FC Terus Eksis
Tak hanya itu saja, lampu Petromax juga menjadi alat penerangan bagi warga yang menggelar pesta pernikahan pada masa itu.
Lampu yang diciptakan pada tahun 1910 di Jerman, oleh Max Graets ini, mempunyai cahaya yang cukup terang hampir menyamai cahaya Bohlamp berkekuatan sekitar kurang lebih 30 Watt.
Uniknya pada lampu Patromax ini, Bohlamp yang digunakan berbahan benang nilon, yang sudah melalui proses perendaman ke cairan Thorium nitrat untuk mendapatkan pancaran pencahayaan putih cerah saat digunakan.
Baca Juga: Kondisi Jalan Desa Linau Rusak Parah, Warga Geram Hingga Mau Demo Jika Tak Segera Diperbaiki
Seiring berkembangnya kemajuan tekhnologi, penggunaan lampu Petromax kini tergantikan dengan lampu bertenaga Suria dan lampu bertenaga baterai atau aki.
Namun, jasa daripada lampu Petromax tidak akan bisa dilupakan begitu saja. ***(CPL001)
Artikel Terkait
Kerupuk Kretek Produksi Usaha Rumahan, 2 Pedagang di Lingga Raih Omset Jutaan Rupiah Per Bulan
Banjir Masih Terus Meluap di Desa Sungai Besar Kabupaten Lingga
Angin Kencang Rusak Satu Unit Rumah, Pasangan Muda Berharap Bantuan Pemerintah
TRC BPBD Kabupaten Lingga Serahkan Bantuan Logistik Kepada Korban Bencana Alam
Kondisi Jalan Desa Linau Rusak Parah, Warga Geram Hingga Mau Demo Jika Tak Segera Diperbaiki