Kesehatan

Ini Alasan Kenapa Seseorang Melakukan Pernikahan Dini, Apa Dampak Pernikahan Dini Dalam Kesehatan ?

33
×

Ini Alasan Kenapa Seseorang Melakukan Pernikahan Dini, Apa Dampak Pernikahan Dini Dalam Kesehatan ?

Sebarkan artikel ini
ilustrasi sepasang kekasih melakukan pernikahan dini

HARIANMEMOKEPRI.COM — Apa itu Pernikahan Dini? Pernikahan Dini merupakan pernikahan yang dilangsungkan dikala yang belum berusia 19 tahun. Permasalahan seperti ini selain menimbulkan banyak masalah pada kesehatan, juga bisa menimbulkan resiko kekerasan dalam rumah tangga baik fisik maupun perihal sesual.

Sebagaimana Undang-undang Nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dimana UU No 16 tahun 2019 menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.

Dalam UU No 35 tahun 2014 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Baca Juga: Bantuan Kemanusiaan Kapolri dan Ketua Bhayangkari disalurkan Bagi Korban Tanah Longsor di Pulau Serasan

Berikut ini alasan seseorang melakukan Pernikahan Dini
Sebenarnya, ada banyak hal yang membuat pasangan akhirnya melakukan Pernikahan Dini, baik dari keluarga maupun lingkungan luar. Berikut beberapa di antaranya:

1. Kondisi ekonomi
Umumnya, ini terjadi pada pihak wanita yang keluarganya tidak memiliki kondisi ekonomi yang baik. Jadi, orang tua memutuskan untuk menikahkan anak perempuan mereka dengan pria yang biasanya lebih mapan. Tujuannya tidak hanya mengurangi beban finansial, tetapi juga harapan agar sang anak mendapatkan hidup yang lebih baik.

2. Pendidikan
Alasan lain dari Pernikahan Dini adalah sosialisasi yang kurang pada orang tua yang hidup di pedesaan, terutama jika anak-anak mereka tidak mendapatkan akses yang layak untuk menempuh pendidikan wajib 12 tahun. Kondisi ini akan membuat anak merasa wajar saja menikah pada usia belia.

Baca Juga: Kenapa Disebut Air Putih Padahal Warnanya Bening, Ternyata Ini Alasannya

3. Internal orang tua
Kemudian, faktor internal dari keluarga, terutama orang tua yang memiliki rasa takut jika anak-anak melakukan perbuatan yang tidak semestinya. Terlebih, seks bebas memang sangat rentan terjadi pada usia remaja ketika masuk masa pubertas dan anak mulai mengenal dan menjalin hubungan dengan lawan jenis.

4. Internet dan media massa
Era internet yang serba canggih dan modern seperti sekarang ini membuat semua orang menjadi sangat mudah dalam mengakses informasi dan konten dalam bentuk apapun. Mulai dari foto, video, hingga suara alias podcast. Jika orang tua tidak mampu menyaring konten untuk anak, bukan tidak mungkin sang buah hati yang mulai beranjak remaja akan lebih mudah terjerumus dalam pergaulan yang tidak tepat.

Inilah sebabnya, orang tua perlu memberikan aturan terkait penggunaan gawai dan akses internet untuk anak-anak.

Baca Juga: Sat Binmas Polresta Tanjungpinang Sampaikan Pesan Kamtibmas, Mewaspadai Masuknya Paham Radikalisme

5. Hamil sebelum menikah
Edukasi seks sejak dini untuk anak sebenarnya tidak menjadi hal yang tabu. Sebab, hal ini akan membuat anak mengerti berbagai risiko yang mungkin terjadi sebagai bentuk seks bebas. Salah satunya adalah kehamilan sebelum menikah yang memang lebih banyak terjadi pada usia anak. Guna menutupi aib inilah, keluarga lantas melakukan Pernikahan Dini pada anak.

Sedangkan dampak Pernikahan Dini bagi Remaja adalah
Pernikahan ini artinya pasangan melangsungkan pernikahan pada usia yang belum masuk dalam kategori mampu membina hubungan rumah tangga. Oleh karena itulah, pernikahan dini bisa memicu banyak efek, baik dalam sisi fisik maupun psikologis. Berikut beberapa di antaranya:

1. Masalah kesehatan mental
Studi menyebutkan, suami istri yang menikah ketika usianya belum 18 tahun berisiko mengidap masalah kesehatan mental hingga 41 persen. Ini termasuk gangguan kecemasan, depresi, trauma psikologis seperti PTSD, dan gangguan disosiatif, misalnya kepribadian ganda.

Baca Juga: Menjelang Bulan Suci Ramadhan, Walikota Tanjungpinang Pimpin Rakor Stabilitas Harga Bahan Pangan

Selain itu, Organisasi Dana Anak Perserikatan Bangsa (UNICEF) juga menyebutkan, remaja sebenarnya belum memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi dan mengambil keputusan dengan bijak. Sebab, mereka masih membutuhkan arahan dari orang tua.

Ini berarti, saat konflik rumah tangga terjadi, pasangan kerap kali mengutamakan kekerasan sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal inilah yang selanjutnya menjadi pemicu munculnya berbagai macam masalah kesehatan mental.

Tidak hanya itu, masalah mental juga bisa muncul karena wanita yang mengalami keguguran. Ini karena tubuh yang masih belum optimal untuk hamil dan melahirkan pada usia belia, sehingga keguguran pun sangat rentan terjadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *